SITI
NURBAYA
Siti Nurbaya seorang gadis yang mempunyai wajah yang
sangat cantik, selain cantik dia juga mempunyai hati yang baik. Siti Nurbaya adalah
anak dari Baginda Sulaiman, seorang saudagar kaya di Padang yang mempunyai beberapa toko yang besar-besar, kebun yang
lebar-lebar, serta beberapa perahu di laut. Suatu hari Baginda Sulaiman
meminjam uang kepada Datuk Maringgih, seorang saudagar tua yang kaya namun
memiliki sifat sangat kikir. Datuk Maringgih memiliki sifat yang sangat buruk
yakni setiap melihat wanita cantik pastilah wanita itu dinikahinya, walaupun
dia harus mengeluarkan banyak uang untuk mewujudkan keiginannya tersebut.
Dengan uang hasil pinjaman dari Datuk Maringgih, Baginda Sulaiman membangun
usaha toko. Namun suatu hari musibah melanda, setelah toko Baginda Sulaiman ramai,
toko tersebut mengalami kebakaran hingga seluruhnya ludes tak bersisa. Akhirnya
Baginda Sulaiman mengalami kebangkrutan. Di tengah-tengah musibah tersebut, Datuk
Maringgih menagih hutang kepadanya. Tentu saja Baginda Sulaiman tidak sanggup
untuk membayarnya.
Mendengar pernyataan bahwa Baginda Sulaiman tidak
sanggup untuk melunasi hutang-hutangnya, Datuk Maringgih langsung menawarkan
bagaimana kalau Siti Nurbaya, Putri Baginda Sulaiman dijadikan istrinya. Kalau tawaran
Datuk Maringgih itu diterima, maka semua hutangnya lunas. Siti Nurbaya dan
Baginda Sulaiman pun bercucuran air mata memikirkan keputusan yang akan
diambil. Dan akhirnya dengan terpaksa dan berat hati, Siti Nurbaya diserahkan
untuk menjadi istri Datuk Maringgih. Waktu itu Samsulbahri, kekasih
Siti Nurbaya sedang bersekolah di Jakarta. Saat Samsul Bahri mengetahui bahwa
kekasihnya menikah dengan orang lain dia sangat terpukul. Hal tersebut dia
ketahui dari surat yang dikirim oleh Siti Nurbaya kepadanya.
Tidak lama kemudian, ayah Siti Nurbaya jatuh sakit
karena memikirkan masalah yang menimpanya begitu beruntun. Kebetulan saat itu
Samsulbahri sedang berlibur, sehingga dia punya waktu untuk mengunjungi
keluarganya di Padang. Di samping kepulangnya kekampung pada waktu liburan
karena rasa rindunya pada keluarga, namun sesungguhnya kepulangan Samsulbahri
juga hendak mengunjungi Siti Nurbaya seseorang yang sangat dia rindukan. Ketika Samsulbahri dan
Siti Nurbaya sedang duduk di bawah pohon, tiba-tiba muncul Datuk Maringgih di
depan mereka. Datuk Maringgih begitu marah melihat mereka berdua yang sedang
duduk bersenda gurau itu, sehingga Datuk maringgih berusaha memukul Siti Nurbaya. Samsulbahri tidak terima melihat
kelakuan Datuk Maringgih yanh ingin menganiaya orang yang dicintainya, dan
akhirnya dia memukul Datuk Maringgih hingga terjerembab jatuh ketanah. Siti
Nurbaya sangat terkejut dan takut melihat itu semua, diapun berteriak-teriak
keras hingga terdengar oleh ayahnya di rumah yang sedang sakit keras. Mendengar
teriakan Siti Nurbaya, Baginda Silaiman berusaha bangun, namun karena dia tidak
kuat, ayah Siti Nurbaya itu kemudian jatuh terjerembab di lantai. Dan seketika
itu juga Baginda Sulaiman meninggal dunia.
Ternyata pertemuan Samsul Bahri dan Siti Nurbaya
tersebut membuat saltan Mahmud sangat marah dan kecewa kepada Samsul Bahri.
Menurutnya Samsul Bahri telah membuat aib karena telah menggangu istri orang.
Akhirnya beliau mengusir Samsul Bahri dan tidak mau menganggap Samsul Bahri
sebagai anak.
Samsul bahri pun pergi ke Jakarta. Suatu hari Siti
Nurbaya menyusul kekasihnya Samsulbahri ke Jakarta, namun di tengah perjalanan
dia hampir meninggal dunia, karena dia terjatuh
ke laut ternyata ada seseorang yang dengan sengaja mendorongnya. Tetapi Siti
Nurbaya berhasil diselamatkan oleh seseorang yang telah memegang bajunya hingga
dia tidak jadi jatuh ke laut. Tetapi ternyata walaupun dia selamat dari bahaya
tersebut, tetapi bahaya berikutnya menunggunya di daratan. Setibanya di Jakarta,
Siti Nurbaya ditangkap polisi, karena surat telegram Datuk Maringgih yang
memfitnah Siti Nurbaya bahwa dia ke Jakarta telah membawa lari hartanya. Samsulbahri berusaha keras menolong
kekasihnya itu agar pihak pemerintah mengadili Siti Nirbaya di Jakarta saja,
bukan di Padang seperti permintaan Datuk Maringgih. Namun usahanya sia-sia,
pengadilan tetap akan dilaksanakan di Padang. Namun karena tidak terbukti Siti
Nurbaya bersalah akhirnya dia bebas.
Tidak terima akan kemenangan Siti Nurbaya, Datuk Maringgih
pun menyuruh orang (pendekar empat) untuk meracuni Siti Nurbaya dengan kue
lemang yang dijual oleh empat pendekar tersebut. Sesaat selelah Siti Nurbaya
memakan kue lemang tersebut diapun meninggal karena kercunan. Dari desa sebelah
Sitti Maryam ibu Samsul Bahri yang sedang sakit karena ditingal anaknya,
tiba-tiba meninggal dunia setelah mendengar kabar kematian Siti Nurbaya. Pada
hari itu jenazah dua perempuan yang sangat dicintai Samsul Bahri ini dimakamkan
didekat makam Baginda Sulaiman ayah Siti Nurbaya.
Suatu ketika Samsul Bahri mencoba bunuh diri, namun
berkat pertolongan Arifin Samsul Bahri dapat diselamatkan. Sepuluh tahun
kemudian Samsul bahri naik pangkat menjadi Letnan Mas dan ditugaskan oleh
pemerintah ke Padang untuk membrantas para pengacau yang ada di daerah Padang. Dan
ternyata para pengacau itu salah satunya adalah Datuk Maringgih, maka
terjadilah pertempuran sengit antara orang-orang Letnan Mas (Samsul bahri)
dengan orang-orang Datuk Maringgih.
Letnan Mas bertarung dengan Datuk Maringgih. Datuk
Maringgih dihujani peluru oleh Lentan Mas, namun sebelum itu datuk Maringgih
telah sempat melukai Lentan Mas dengan pedangnya. Dalam pertarungan tersebut
akhirnya Datuk Maringgih meninggal ditempat, sedangkan Letan Mas dirawat di
rumah sakit. Sewaktu di rumah sakit, sebelum dia meninggal dunia, dia meminta
agar dipertemukan dengan ayahnya untuk minta maaf atas segala kesalahannya. Sebelum
meninggal dia meminta kepada orangtuanya agar nanti jenazahnya dimakamkankan di
Gunung Padang dekat makam Siti Nurbaya. Perminataan itu dikabulkan oleh
ayahnya, dia dikuburkan di Gunung Padang dekat dengan makam kekasihnya yaitu
Siti Nurbaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar