Sabtu, 29 November 2014

SINOPSIS NOVEL SITI NURBAYA



SITI NURBAYA

Siti Nurbaya seorang gadis yang mempunyai wajah yang sangat cantik, selain cantik dia juga mempunyai hati yang baik. Siti Nurbaya adalah anak dari Baginda Sulaiman, seorang saudagar kaya di Padang yang mempunyai  beberapa toko yang besar-besar, kebun yang lebar-lebar, serta beberapa perahu di laut. Suatu hari Baginda Sulaiman meminjam uang kepada Datuk Maringgih, seorang saudagar tua yang kaya namun memiliki sifat sangat kikir. Datuk Maringgih memiliki sifat yang sangat buruk yakni setiap melihat wanita cantik pastilah wanita itu dinikahinya, walaupun dia harus mengeluarkan banyak uang untuk mewujudkan keiginannya tersebut. Dengan uang hasil pinjaman dari Datuk Maringgih, Baginda Sulaiman membangun usaha toko. Namun suatu hari musibah melanda, setelah toko Baginda Sulaiman ramai, toko tersebut mengalami kebakaran hingga seluruhnya ludes tak bersisa. Akhirnya Baginda Sulaiman mengalami kebangkrutan. Di tengah-tengah musibah tersebut, Datuk Maringgih menagih hutang kepadanya. Tentu saja Baginda Sulaiman tidak sanggup untuk membayarnya.
Mendengar pernyataan bahwa Baginda Sulaiman tidak sanggup untuk melunasi hutang-hutangnya, Datuk Maringgih langsung menawarkan bagaimana kalau Siti Nurbaya, Putri Baginda Sulaiman dijadikan istrinya. Kalau tawaran Datuk Maringgih itu diterima, maka semua hutangnya lunas. Siti Nurbaya dan Baginda Sulaiman pun bercucuran air mata memikirkan keputusan yang akan diambil. Dan akhirnya dengan terpaksa dan berat hati, Siti Nurbaya diserahkan untuk menjadi istri Datuk Maringgih. Waktu itu Samsulbahri, kekasih Siti Nurbaya sedang bersekolah di Jakarta. Saat Samsul Bahri mengetahui bahwa kekasihnya menikah dengan orang lain dia sangat terpukul. Hal tersebut dia ketahui dari surat yang dikirim oleh Siti Nurbaya kepadanya.
Tidak lama kemudian, ayah Siti Nurbaya jatuh sakit karena memikirkan masalah yang menimpanya begitu beruntun. Kebetulan saat itu Samsulbahri sedang berlibur, sehingga dia punya waktu untuk mengunjungi keluarganya di Padang. Di samping kepulangnya kekampung pada waktu liburan karena rasa rindunya pada keluarga, namun sesungguhnya kepulangan Samsulbahri juga hendak mengunjungi Siti Nurbaya seseorang yang sangat dia  rindukan. Ketika Samsulbahri dan Siti Nurbaya sedang duduk di bawah pohon, tiba-tiba muncul Datuk Maringgih di depan mereka. Datuk Maringgih begitu marah melihat mereka berdua yang sedang duduk bersenda gurau itu, sehingga Datuk maringgih berusaha memukul  Siti Nurbaya. Samsulbahri tidak terima melihat kelakuan Datuk Maringgih yanh ingin menganiaya orang yang dicintainya, dan akhirnya dia memukul Datuk Maringgih hingga terjerembab jatuh ketanah. Siti Nurbaya sangat terkejut dan takut melihat itu semua, diapun berteriak-teriak keras hingga terdengar oleh ayahnya di rumah yang sedang sakit keras. Mendengar teriakan Siti Nurbaya, Baginda Silaiman berusaha bangun, namun karena dia tidak kuat, ayah Siti Nurbaya itu kemudian jatuh terjerembab di lantai. Dan seketika itu juga Baginda Sulaiman meninggal dunia.
Ternyata pertemuan Samsul Bahri dan Siti Nurbaya tersebut membuat saltan Mahmud sangat marah dan kecewa kepada Samsul Bahri. Menurutnya Samsul Bahri telah membuat aib karena telah menggangu istri orang. Akhirnya beliau mengusir Samsul Bahri dan tidak mau menganggap Samsul Bahri sebagai anak.

Samsul bahri pun pergi ke Jakarta. Suatu hari Siti Nurbaya menyusul kekasihnya Samsulbahri ke Jakarta, namun di tengah perjalanan dia hampir meninggal dunia, karena  dia terjatuh ke laut ternyata ada seseorang yang dengan sengaja mendorongnya. Tetapi Siti Nurbaya berhasil diselamatkan oleh seseorang yang telah memegang bajunya hingga dia tidak jadi jatuh ke laut. Tetapi ternyata walaupun dia selamat dari bahaya tersebut, tetapi bahaya berikutnya menunggunya di daratan. Setibanya di Jakarta, Siti Nurbaya ditangkap polisi, karena surat telegram Datuk Maringgih yang memfitnah Siti Nurbaya bahwa dia ke Jakarta telah membawa lari  hartanya. Samsulbahri berusaha keras menolong kekasihnya itu agar pihak pemerintah mengadili Siti Nirbaya di Jakarta saja, bukan di Padang seperti permintaan Datuk Maringgih. Namun usahanya sia-sia, pengadilan tetap akan dilaksanakan di Padang. Namun karena tidak terbukti Siti Nurbaya bersalah akhirnya dia bebas.
Tidak terima akan kemenangan Siti Nurbaya, Datuk Maringgih pun menyuruh orang (pendekar empat) untuk meracuni Siti Nurbaya dengan kue lemang yang dijual oleh empat pendekar tersebut. Sesaat selelah Siti Nurbaya memakan kue lemang tersebut diapun meninggal karena kercunan. Dari desa sebelah Sitti Maryam ibu Samsul Bahri yang sedang sakit karena ditingal anaknya, tiba-tiba meninggal dunia setelah mendengar kabar kematian Siti Nurbaya. Pada hari itu jenazah dua perempuan yang sangat dicintai Samsul Bahri ini dimakamkan didekat makam Baginda Sulaiman ayah Siti Nurbaya.
Suatu ketika Samsul Bahri mencoba bunuh diri, namun berkat pertolongan Arifin Samsul Bahri dapat diselamatkan. Sepuluh tahun kemudian Samsul bahri naik pangkat menjadi Letnan Mas dan ditugaskan oleh pemerintah ke Padang untuk membrantas para pengacau yang ada di daerah Padang. Dan ternyata para pengacau itu salah satunya adalah Datuk Maringgih, maka terjadilah pertempuran sengit antara orang-orang Letnan Mas (Samsul bahri) dengan orang-orang Datuk Maringgih.
Letnan Mas bertarung dengan Datuk Maringgih. Datuk Maringgih dihujani peluru oleh Lentan Mas, namun sebelum itu datuk Maringgih telah sempat melukai Lentan Mas dengan pedangnya. Dalam pertarungan tersebut akhirnya Datuk Maringgih meninggal ditempat, sedangkan Letan Mas dirawat di rumah sakit. Sewaktu di rumah sakit, sebelum dia meninggal dunia, dia meminta agar dipertemukan dengan ayahnya untuk minta maaf atas segala kesalahannya. Sebelum meninggal dia meminta kepada orangtuanya agar nanti jenazahnya dimakamkankan di Gunung Padang dekat makam Siti Nurbaya. Perminataan itu dikabulkan oleh ayahnya, dia dikuburkan di Gunung Padang dekat dengan makam kekasihnya yaitu Siti Nurbaya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar