Sabtu, 29 November 2014

PUISI LAHIR DENGAN PESONA



LAHIR DENGAN PESONA

Takdir telah dibingkai
Doa untuk Sang Pencipta, jadi kalai
Pahit, manisnya selalu bermuara
Jadikan cemin sendu, ceria pada mata
Kadang air mata selalu mengalir
kala risaunya tak kunjung, akhir
namun, semua mampu tuk  lenyap
kala punggung, mulai urai sayap

takdir, kepiluan sanggup menjelma
serupa kilau senja penuh pesona
pesonanya gagah penuh karisma
bagitu pun, aku
ku tahan tulang ngilu
semua bisa jelma, dengan indraku

aku ingin lahir dengan pesona
jingga elok pada senja
walau malam menanti depan kornea
pendarku tak redup, tak musnah
air mata tak linang, tak marah
akan ku lalui, aku bawa arah
lalu, ku tatap ufuk dari kejauhan
akan ku temui pagi dalam penantian
rumah, keluarga menanti,
aku pun menang!

PUISI KENANGAN JEMARI















KENANGAN JEMARI

Kenangan dibalik jemari-jemari ini
Masih menari-nari
Mencoba menyalami kerinduan
Menegadah dengan lengkungan indah
Mengurai harap elok masa depan
Memajaskan jiwamu jiwaku
Melintasi berbagai liku, satu yang aku tuju
Kesempurnaan hidup bersamamu

SINOPSIS NOVEL BELENGGU










BELENGGU

            Sukartono dan Sumartini adalah sepasang suami istri yang menikah dengan tidak didasari olah rasa cinta. Sukartono atau kerap dipanggil Tono menikah dengan Tini hanya atas dasar kecantikan, kepintaran, keenergikan Tini saja. Begitu juga dengan Sukartini yang akrab dipanggil Tini itu, dia menikah dengan Tono bukan atas dasar cinta. Karena waktu itu keinginan Tini adalah  menikah dengan seorang dokter. Kehidupan rumah tangga mereka sangat tidak harmonis dan sering sekali terjadi pertengkaran diantara mereka.
            Setiap hari mereka sibuk dengan urusan masing-masing. Tini disibukkan dengan kegiaatan keorganisasi kewanitaan, dedangkan Tono sibuk dengan profesinya yang bekerja sebagai dokter. Bagi Tono pekerjaannya lebih penting dibandingkan istrinya.  Akibat dari kesibukannya itu, Tono sering tidak merhatikan istrinya sendiri. Hal itulah yang sering menjadi pemicu pertengkaran diantara mereka .
            Suatu hari  Tono ditelefon oleh seorang wanita yang mengaku bahwa mananya adalah Nyonya Eni.  Wanita itu menyuruh Tono datang ke tempatnya untuk memeriksanya. Setelah Tono sampai di tempat Nyonya Eni, perempuan itu malah menggoda Tono. Dan setelah beberapa waktu lamannya Tono mengetahui bahwa Ny Eni adalah teman lamanya yang bernama Rohayah. Rohayah sering berpura-pura sakit untuk  kemudian bisa bertamu dengan Tono. Karena seringnya bertemu  dan  Tono merasa bahwa Rohaya lebih bisa mengerti dia dan memperhatikannya, akhirnya Tono tidak dapat menahan rasa cintanya kepada Rohayah. Semakin hari hubungan Tono dan Rohayah semakin intim. Mereka seolah tak peduli lagi pada status Tono sebagai pria beristeri. Keintiman ini semakin menjadi-jadi dan akhirnya sampai juga di telinga ibu-ibu teman organisasi Tini. Tono sering mengajak Rohayah ke Tanjung Priok Pesier. Kedekatan Tono dengan Rohayah akhirnya sampai ketelingga  Tini, hal itu membuat rumah tangga mereka semakin berantakan.

            Ketika Tini pergi ke Solo untuk mengadakan kogres perempuan, Tono makin gila pada Rohayah. Tidak lama terungkap kisah bahwa Rohayah pernah lari ketika pesta pernikahannya. Ia kabur karena calon suaminya dinilai lebih tua darinya dan kemudian dia lari ke Jakarta. Di Jakarta Rohayah menjadi wanita pangilan dari hotel ke hotel. Kemudian menjadi Nyai seorang lelaki Belanda di Sukarasa, hanya selama tiga bulan ia pergi meninggalkan suaminya lagi.
            Ketika mendegar Tono menjadi dokter, ia pergi mencari Tono, dan Rohayahpun  mengetahui bahwa Tono sudah  menikah dengan Tini, Tini seorang gadis yang pernah bersekolah di Tecnische Hoogereshool  di Bandung. Tini dulu adalah kekasih Hartono, dan dia pernah dinodai oleh Hartono.

            Di lain pihak Tono tertipu oleh sikap Rohayah yang selalu manis di depannya. Tono merasa dibohongi karena Siti Hayati yang merupakan penyanyi pujaan hatinya ternyata adalah Rohayah sendiri. Tono amat tidak suka karena Rohaya berpura-pura. Rohaya yang terpojok ingin mengungkapkan persaannya pada Tono, tapi dia takut hubungannya dengan Tono a tidak akan bertahan lama. Dia merasa tidak pantas mendapatkan Tono.
             Suatu hari paman  Tini datang untuk mendamaikan Tono dan Tini, tapi keduanya sudah tidak bisa bersama lagi. Tini yang sudah mengetahui hubungan gelap Tono dengan Rohayah, dan dia berkeinginan untuk menemui dan mendamprat Rohayah. Bertemulah Tini dengan Rohayah di sebuah hotel. Awalnya sempat terjadi cekcok mulut diantara mereka. Namun keinginan Tini untuk memaki-maki Rohayah yang telah menggoda suaminya akhirnya luluh karena melihat sikap Rohayah yang santai dan terlihat sabar menghadapi perilakunya. Tini merasa malu dengan Rohayah, karena Rohayah lebih perhatian dan lebih bisa mengerti Tono dibanding dirinya yang berstatus sebagai istri Tono. Ditambah lagi ternyata Rohayah banyak tahu masa lalu Tini. Tini mulai menyesal karena selama ini dia kurang memberi perhatian pada Tono. Dia sekarang sadar bahwa dia bukanlah istri yang baik. Dia tidak pernah memberikan kasih sayang yang tulus kepada suaminya, sehingga suaminya berpaling dengan wanita lain.

            Peristiwa di hotel itu membuat Tini sadar diri. Ia merasa gagal menjadi seorang istri. Akhimya, Tini memutuskan untuk bercerai dengan suaminya. Bahkan Tini berharap agar Rohayah bersedia menjadi isteri Tono. Niat ini disampaikan kepada Tono. Kenyataan ini juga membuat Tono tersadar, dan Tono  berharap Tini masih mau menjadi istrinya. Tetapi tekad Tini untuk bercerai  sudah bulat. Perceraian tidak dapat dihindari lagi. Akibat perceraian ini hati Tono sangat sedih. Lebih sedih lagi ketika Tono menghadapi kenyataan bahwa Rohayah juga meninggalkan dirinya. Yang ditemukan Tono hanyalah sepucuk surat dan sebuah piringan hitam lagu-lagu Siti Hayati yang tak lain adalah Rohayah itu sendiri. Rohayah yang menyatakan betapa ia sangat mencintai Tono, tetapi ia tidak ingin merusak rumah tangganya. Untuk itu, Rohayah telah meninggalkan tanah air pergi dan ke New Caledonia. Sedangkan Tini saat ini sudah berada di Surabaya, mengabdikan dirinya di sebuah panti asuhan yatim piatu.

SINOPSIS NOVEL LAYAR TERKEMBANG




LAYAR TERKEMBANG

Tuti dan Maria adalah putri Raden Wiriatmadja. Tuti merupakan anak sulung, Tuti dikenal sebagai seorang gadis yang pendiam teguh, serius dan aktif dalam berbagai kegiatan organisasi wanita. Sangat berbeda dengan adiknya Maria, karena Maria adalah seorang gadis yang lincah dan periang.
Suatu hari, keduanya pergi ke pasar ikan. Ketika sedang asyik melihat-lihat akuarium, mereka bertemu dengan seorang pemuda yang sangat tampan. Setelah mereka berkenalan ternyata pemuda itu bernama Yusuf, seorang Mahasiswa Sekolah Tinggi Kedokteran di Jakarta. Ayahnya adalah Demang Munaf, tinggap di Martapura, Sumatra Selatan.
Setelah perkenalan itu perkenalan itu merekapun menjadi semakin akrab. Bagi Yusuf, pertemanan itu ternyata sangat berkesan . Setiap saat Yusuf selalu  teringat kepada kedua gadis itu terutama Maria. Menurut Yusuf wajah Maria yang cerah dan berseri-seri serta bibirnya yang selalu tersenyum itu, memancarkan semangat hidup untuknya.
Keesokan harinya, ketika Yusuf pergi ke sekolah, tanpa disangka-sangka ia bertemu lagi dengan Tuti dan Maria di depan Hotel Des Indes. Yusuf pun kemudian dengan senang hati menemani keduanya berjalan-jalan. Diperjalanan mereka berbincang-bincang asyik mengenai berbagai hal. Dan semenjak itu Yusuf dan Maria semakin sering bertemu. Tuti dan ayahnya melihat hubungan kedua remaja itu tampak sudah bukan lagi hubungan persahabatan biasa.
Pada masa liburan, Yusuf pulang ke rumah orang tuanya di Martapura. Sesungguhnya dia bermaksud menghabiskan masa liburannya bersama keindahan tanah leluhurnya, namun ternyata ia tak dapat menghilangkan rasa rindunya kepada Maria. Kemudian datang kartu pos dari Maria yang justru membuatnya makin rindu ingin segera bertamu. Beberapa hari kemudian, surat Maria datang lagi. Dalam surat ini Maria mengabarkan perihal perjalannya bersama Rukamah, saudara sepupunya yang tinggal di Bandung. Dan setelah membaca surat itu, Yusuf memutuskan untuk kembali ke Jakarta, kemudian menyusul Maria  ke Bandung. Setelah mendapat restu ibunya, pemuda itu pun segera meninggalkan Martapura.
Kedatangan Yusuf  tentu saja disambut dengan gembira oleh Maria dan Tuti. Setelah Maria dan Yusuf  bertemu mereka melepas rindu dengan berjalan-jalan di sekitar air terjun di Dago. Dalam kesempatan itulah, Yusuf menyatakan cintanya kepada Maria. Sejak saat itu Maria banyak meluangkan waktu untuk  merajut kasah cuntanya bersama Yusuf. Berbeda dengan Tuti, karena dia lebih banyak menghabiskan waktunya dengan membaca buku. Walaupun seperti itu  pikiran Tuti tidak merasa diganggu oleh keinginannya untuk merasakan kemesraan cinta. Dia teringat pada teman sebayanya yang bernama Supomo. Lelaki itu pernah mengirimkan surat cintanya kepada Tuti.
Suatu ketika tiba-tiba Maria  terkena  malaria, Tuti menjaganya dengan sabar. Dan bersamaan dengan itu pula tiba-tiba adik Supomo yang disuruh Supomo untuk meminta jawaban kepada Tuti mengenai keinginannya untuk menjalin cinta dengan Tuti. Sebenarnya  Tuti memang sedang merindukan cinta kasih seorang lelaki, tetapi menurutnya Supomo bukan lelaki idamannya. Maka Tuti segera menulis surat penolakannya terhadap Supomo.
Sementara itu, keadaan Maria makin bertambah parah. Akhirnya Maria dibawa ke rumah sakit, dan ternyata menurut keterangan dokter, Maria mengidap penyakit TBC. Dokter yang merawatnya menyarankan agar Maria dibawa ke rumah sakit TBC di Pacet, Sindanglaya Jawa Barat.
Perawatan terhadap Maria sudah berjalan sebulan lebih lamanya. Namun keadaannya tidak juga mengalami perubahan. Lebih daripada itu, Maria mulai merasakan kondisi kesehatannya yang semakin lemah.
Pada suatu kesempatan, disaat Tuti dan Yusuf  berlibur di rumah Ratna dan Saleh di Sindanglaya, disitulah mata Tuti mulai terbuka dalam memandang kehidupan di pedesaan. Kehidupan suami istri yang melewati hari-harinya dengan bercocok tanam itu, ternyata juga mampu membimbing masyarakat sekitarnya menjadi sadar akan pentingnya pendidikan. Keadaan tersebut benar-benar telah menggugah alam pikiran Tuti. Ia menyadari bahwa kehidupan mulia, mengabdi kepada masyarakat tidak hanya dapat dilakukan di kota atau dalam kegiatan-kegiatan organisasi, sebagaimana yang selama ini ia lakukan, tetapi juga di desa atau di masyarakat mana pun, pengabdian itu dapat dilakukan.
Sejalan dengan keadaan hubungan Yusuf dan Tuti yang belakangan ini tampak makin akrab, sedangkan kondisi Maria justru semakain parah. Dokter yang merawatnya pun rupanya sudah tak dapat berbuat lebih banyak lagi. Kemudian Maria berpesan  kepada  Tuti  dan Yusuf  agar keduanya bersatu dan menjalin hubungan rumah tangga. Setelah Maria menyampaikan pesan terakhirnya itu Mariapun menghembuskan nafas terakhirnya.  Lalu untuk memenuhi permintaan Maria, akhirnya Tuti dan Yusuf menikah karena sebenarnya cinta keduanya memang sudah tumbuh.